Kepercayaan Menikah Dibulan Suro Akan Bernasib Buruk


Nasehatbunda.com - Pada beberapa kalangan masyarakat Jawa, bulan Suro atau dalam kelender Islam disebut Muharram dianggap salah satu bulan yang dikeramatkan. Hal ini membuat sebagian masyarakat Jawa pantang untuk melakukan beberapa hajatan, salah satunya adalah pernikahan.

Mereka menganggap jika hal ini dilanggar akan ada nasib buruk di masa mendatang.
Lalu, bagaimana awal mula kepercayaan tentang pantangan menikah di bulan Suro?

Soal pantangan menikah di bulan Suro, para pengamat budaya Jawa, Han Gagas, memberi keterangannya.Han Gagas menjelaskan, menurut kepercayaan Hindu, dikisahkan Suro dikuasai oleh Batara Kala. Suro adalah penguasa waktu yang menjalankan hukum karma atau sebab akibat. "Suro adalah dewanya Batara Kala, yang suka makan manusia, dalam arti nasibnya. Sehingga nasibnya buruk," kata Han Gagas."Untuk itu, hal tersebut harus dihindari agar auranya menjadi lebih baik," tambahnya.

Diterangkan bahwa Suro suka makan manusia (dalam arti nasib), sehingga dipercaya apabila menyelenggarakan hajatan pada bulan Suro akan menghadapi nasib yang buruk.
Akan lebih baik jika hajatan di bulan Suro tersebut dihindari agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.Han Gagas menambahkan bahwa pantangan itu bukan hanya saja pernikahan, tetapi juga hajatan lain termasuk  sunatan, pindah rumah, pendirian rumah dan lainnya.

Menikah di bulan Suro memang sebuah pantangan sendiri untuk menghindari nasib buruk, namun bukan berarti menggelar resepsi pernikahan di bulan ini juga dilarang. Han Gagas mengatakan, "Tetapi, kalau nikah ijab kobul sebelum bulan Suro, lalu pesta resepsi syukuran bulan Suro bisa."

Tak hanya dikaitkan pada kepercayaan Hindu, namun ada maksud lain di balik pantangan menikah di bulan Suro. Han Gagas mengakatan, "Budaya Suro bisa dianggap bulan spiritual sehingga waktunya untuk ibadah dan membersihkan dari sikap, sifat, watak nafsu angkara, sufiyah, aluamah, mutmainah, dan bisa dianggap sebagai bulan rehat dan refleksi renungan, bukan untuk membuat hajat yang berdampak pada pengeluaran keuangan yang terlalu banyak."

Hal ini tentu bermakna bahwa di bulan spiritual ini, alangkah lebih baik jika menggunakannya untuk beribadah, untuk merehatkan diri dari hingar-bingar duniawi, bahkan untuk merenungkan kehidupan agar berjalan lebih baik.

Sedangkan, jika hajatan pernikahan atau hajatan lain digelar, masyarakat akan cenderung mengeluarkan biaya yang banyak untuk hajatan tersebut. Hal ini tentu membuat bulan spiritual tidak dimanfaatkan dengan maksimal karena kesempatan untuk beribadah dan renungan berkurang atau malah hilang sama sekali berganti dengan pesta hajatan.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "Kepercayaan Menikah Dibulan Suro Akan Bernasib Buruk"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel